Berikut adalah homili Paus Fransiskus pada Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam 2013:
Kekhidmatan hari ini dari Tuhan kita Yesus Kristus, Raja Semesta, penobatan tahun liturgi, juga menandai penutupan Tahun Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI, yang kepadanya pikiran-pikiran kita kini berubah dengan kasih sayang dan rasa syukur atas karunia ini yang Dia telah berikan kepada kita. Dengan inisiatif yang sudah menjadi kehendak Tuhan ini, Dia telah memberi kita sebuah kesempatan untuk menemukan kembali keindahan dari perjalanan iman yang telah dimulai pada hari Pembaptisan kita, yang membuat kita menjadi anak-anak Allah dan saudara-saudari dalam Gereja-Nya. Sebuah perjalanan yang tujuan akhirnya perjumpaan penuh kita dengan Allah, dan yang melaluinya Roh Kudus memurnikan kita, mengangkat kita dan menyucikan kita, sehingga kita boleh masuk ke dalam kebahagiaan yang dirindukan oleh hati kita.
Saya sampaikan sebuah salam hangat dan persaudaraan kepada para pemimpin dan para Uskup Agung Gereja Katolik Timur yang hadir. Pertukaran perdamaian yang akan saya bagikan dengan mereka adalah yang terutama sekali sebuah tanda apresiasi dari Uskup Roma untuk komunitas-komunitas ini yang telah mengakui Nama Kristus dengan kesetiaan yang patut menjadi teladan, sering kali dengan harga yang tinggi. Dengan sikap ini, melalui mereka, saya ingin mencapai semua umat Kristiani yang tinggal di Tanah Suci, di Suriah dan di seluruh wilayah Timur, dan memperoleh bagi mereka karunia perdamaian dan kerukunan itu.
Bacaan-bacaan Alkitab yang diwartakan kepada kita memiliki tema bersama mereka Sentralitas Kristus. Kristus berada di pusatnya, Kristus adalah pusatnya. Kristus adalah pusat penciptaan, Kristus adalah pusat dari umat-Nya dan Kristus adalah pusat dari sejarah.
1. Rasul Paulus, dalam bacaan ke-dua, yang diambil dari surat kepada jemaat Kolose, menawarkan pada kita sebuah visi yang mendalam dari Sentralitas Yesus. Dia menunjukkan Kristus kepada kita sebagai anak sulung dari semua ciptaan: dalam Dia, melalui Dia, dan untuk Dia segala sesuatu diciptakan. Dia adalah pusat dari segala sesuatu, Dia adalah awal: Yesus Kristus, Tuhan. Allah telah memberikanNya kepenuhan-Nya, totalitas-Nya, supaya dalam Dia segala sesuatu dapat didamaikan (lih. Kol 1:12-20). Dia adalah Tuhan dari penciptaan, Dia adalah Tuhan dari rekonsiliasi.
Gambaran ini memungkinkan kita melihat bahwa Yesus adalah pusat dari penciptaan; dan ketika sikap itu telah menuntut kita sebagai orang-orang percaya yang setia, untuk mengakui dan menerima dalam hidup kita sentralitas Yesus Kristus, dalam pikiran-pikiran kita, dalam kata-kata kita dan dalam karya-karya kita. Dan juga pikiran-pikiran kita akan menjadi pikiran-pikiran Kristiani, pikiran-pikiran Kristus. Karya-karya kita akan menjadi karya-karya Kristiani, karya-karya Kristus; dan kata-kata kita akan menjadi kata-kata Kristiani, kata-kata Kristus. Tapi ketika pusat ini hilang, ketika ia digantikan oleh sesuatu yang lain, [maka] hanya kerugian yang dapat berakibat bagi segala sesuatu di sekitar kita dan bagi diri kita sendiri.
2. Selain menjadi pusat penciptaan dan pusat rekonsiliasi, Kristus adalah pusat dari umat Allah. Hari ini, Dia berada di sini di tengah-tengah kita. Dia berada di sini sekarang dalam Firman-Nya, dan Dia akan berada di sini pada altar-Nya, hidup dan hadir di tengah-tengah kita, umat-Nya. Kita melihat hal ini dalam bacaan pertama yang menggambarkan saat ketika suku-suku bangsa Israel datang untuk mencari Daud dan mengurapi dia menjadi raja Israel di hadapan Tuhan (lih. 2 Sam 5:1-3). Dalam mencari seorang raja yang ideal, orang-orang seakan sedang mencari Allah sendiri: seorang Allah yang akan dekat dengan mereka, yang akan menemani mereka dalam perjalanan mereka, yang akan menjadi seorang saudara bagi mereka.
Kristus, keturunan Raja Daud, ialah benar-benar “saudara” yang di sekelilingnya umat Allah datang bersama-sama. Dialah yang peduli akan umat-Nya, akan semua dari kita, bahkan dengan harga yang tinggi dari hidup-Nya. Dalam Dia kita semua adalah satu, satu bangsa, yang bersatu dengan Dia dan yang berbagi sebuah perjalanan tunggal, sebuah kepastian tunggal. Hanya dalam Dia, dalam Dia sebagai pusatnya, sungguh kita menerima identitas kita sebagai suatu bangsa.
3. Akhirnya, Kristus adalah pusat dari sejarah kemanusiaan dan juga pusat dari sejarah setiap individu. KepadaNya kita dapat bawa segala kegembiraan dan pengharapan, segala penderitaan dan masalah yang merupakan bagian dari hidup kita. Ketika Yesus adalah pusatnya, cahaya bersinar bahkan di tengah saat-saat yang paling kelam dari hidup kita; Dia memberi kita pengharapan, seperti yang Dia lakukan terhadap pencuri yang baik hati dalam Injil hari ini.
Sementara semua orang lain memperlakukan Yesus dengan hina – “Jika Engkau adalah Kristus Raja Mesias, selamatkan diri-Mu dengan turun dari salib!” – Pencuri yang sesat dalam hidupnya tapi sekarang bertobat itu, melekat pada Yesus yang disalibkan dan memohon Dia: “Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang ke dalam Kerajaan-Mu” (Luk 23:42). Yesus berjanji kepadanya: “[Sesungguhnya] hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (ayat 43), dalam kerajaan-Nya. Yesus berbicara hanya sebuah kata pengampunan, bukan [kata] kutukan; setiap saat siapa saja menemukan keberanian untuk memohon pengampunan ini, Tuhan tidak akan membiarkan sebuah permohonan semacam itu tidak didengar-Nya.
Hari ini kita semuanya bisa memikirkan sejarah kita sendiri, perjalanan kita sendiri. Masing-masing dari kita memiliki sejarahnya sendiri: kita memikirkan kesalahan kita, dosa-dosa kita, masa-masa baik kita dan masa-masa suram kita. Kita akan melakukannya dengan baik, masing-masing orang dari kita, pada hari ini juga, untuk berpikir tentang sejarah pribadi kita sendiri, untuk menatap Yesus dan terus mengatakan padaNya, secara tulus dan tenang: “Ingatlah aku, Tuhan, bila Engkau berada di dalam kerajaan-Mu! Yesus, ingatlah aku, karena aku ingin menjadi baik, namun aku hanya tidak memiliki kekuatan itu: aku adalah seorang pendosa, aku adalah seorang pendosa. Tapi ingatlah aku, Yesus! Engkau dapat mengingat aku karena Engkau berada di pusat, Engkau benar-benar berada dalam kerajaan-Mu! “Betapa indahnya hal ini! Mari kita semua lakukan hal ini hari ini, masing-masing orang dari kita dalam hatinya sendiri, lagi dan lagi. “Ingatlah aku, Tuhan, Engkau yang berada di pusat, Engkau yang berada di dalam kerajaan-Mu”.
Janji Yesus kepada pencuri yang baik itu memberi kita pengharapan besar: hal itu memberitahu kita bahwa rahmat Allah selalu lebih besar dari doa yang diminta. Tuhan selalu memberikan lebih, Dia begitu murah hati, Dia selalu memberikan lebih dari apa yang telah dimohonkan dariNya: Kalian mohon padaNya untuk mengingat kalian, dan Dia akan membawa kalian ke dalam kerajaan-Nya!
Mari kita mohon Tuhan untuk mengingat kita, dalam kepastian itu bahwa dengan rahmat-Nya kita akan mampu berbagi kemuliaan-Nya di surga. Mari kita maju bersama-sama pada jalan ini!
Amin!
(AR)
Paus Fransiskus,
Lapangan Santo Petrus, 24 November 2013
Diterjemahkan dari : www.vatican.va