(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Pecuk - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pecuk
Rentang waktu: Kretasea Akhir - Sekarang
Pecuk-padi belang
Phalacrocorax melanoleucos
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Subkelas:
Infrakelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Phalacrocoracidae

Genus tipe
Phalacrocorax
Genus

Microcarbo
Poikilocarbo
Urile
Phalacrocorax
Gulosus
Nannopterum
Leucocarbo

Sinonim

Australocorax Lambrecht, 1931
Compsohalieus B. Brewer & Ridgway, 1884
Cormoranus Baillon, 1834
Dilophalieus Coues, 1903
Ecmeles Gistel, 1848
Euleucocarbo Voisin, 1973
Halietor Heine, 1860
Hydrocorax Vieillot, 1819 (non Brisson, 1760: praokupasi)
Hypoleucus Reichenbach, 1852
Leucocarbo Bonaparte, 1857
Microcarbo Bonaparte, 1856
Miocorax Lambrecht, 1933
Nannopterum Sharpe, 1899
Nesocarbo Voisin, 1973
Notocarbo Siegel-Causey, 1988
Pallasicarbo Coues, 1903
Paracorax Lambrecht, 1933
Poikilocarbo Boetticher, 1935
Pliocarbo Tugarinov, 1940
Stictocarbo Bonaparte, 1855
Viguacarbo Coues, 1903
(lihat pula pada teks)

Pecuk, atau kadang-kadang disebut kormoran (dari bahasa Inggris: cormorant), adalah sebutan untuk sekelompok burung anggota suku Phalacrocoracidae. Sistematika suku ini masih memerlukan revisi; saat ini telah dibuat beberapa usulan klasifikasi, tetapi masih banyak yang dipertentangkan. Shag adalah nama inggris untuk pecuk yang memiliki jambul di kepalanya, tetapi penggunaan kedua nama ini (cormorant dan shag) tidak konsisten dan acap dipertukarkan.

Pemerian

sunting
 
Pecuk-padi besar di Hyogo, Jepang.

Pecuk adalah burung laut berukuran sedang hingga besar. Ukuran burung-burung ini bervariasi, dari 45 cm dengan berat 340 gram (pecuk kerdil, Phalacrororax pygmaeus) hingga yang berukuran 1 meter dan berat mencapai 5 kg (kormoran galapagos, Phalacrocorax harrisi). Sejenis pecuk yang punah baru-baru ini, kormoran kacamata (Phalacrocorax perspicillatus) memiliki massa 6,3 kg. Mayoritas pecuk memiliki bulu berwarna gelap, tetapi beberapa jenisnya di belahan bumi bagian selatan warnanya hitam dan putih, dan ada pula di antaranya yang memiliki agak banyak warna di bulunya (misalnya shag Selandia Baru). Sementara itu banyak jenis pecuk yang memiliki kulit berwarna di wajah dan dagunya, biru terang, jingga, merah atau kuning, yang menjadi semakin terang warnanya di musim kawin.

 
Dua ekor pecuk jambul-ganda. Yang kanan berhasil menangkap ikan.

Paruhnya panjang, tipis, dan berkait tajam; sangat berguna untuk menangkap dan memegang ikan yang menjadi mangsanya. Kakinya berselaput di antara keempat jarinya.

Ekologi dan kebiasaan

sunting
 
Sejenis pecuk mulai menyelam untuk memburu mangsanya

Burung-burung pecuk lebih sering berkeliaran di sekitar pantai daripada jauh di tengah laut, dan beberapa jenisnya membangun koloni di perairan pedalaman. Memang agaknya nenek moyang burung-burung ini berasal dari perairan tawar. Pecuk ditemukan di seluruh dunia kecuali di kepulauan di tengah-tengah Samudra Pasifik.

Semua spesies pecuk adalah pemakan ikan, belut kecil, bahkan ular laut. Mereka menyelam untuk mengejar mangsanya; kebanyakan pecuk seolah-olah setengah terjun dari permukaan ke dalam air, untuk mendapatkan dorongan kecepatan yang diperlukan. Di dalam air, kaki-kakinya digunakan untuk mendayung dan mendorong tubuhnya dengan cepat. Beberapa spesies diketahui mampu menyelam hingga kedalaman 45 meter.

Setelah menangkap ikan, burung-burung ini kembali ke pantai, dan sering kali terlihat sedang menjemur sayapnya di bawah sinar matahari. Seluruh spesies pecuk memiliki kelenjar minyak khusus yang mampu menjaga bulu mereka tahan air. Beberapa publikasi[1] menyatakan bahwa pecuk memiliki bulu yang tahan air, sementara yang lain menyatakan bahwa bulu pecuk meloloskan air tanpa membasahinya.[2][3] Publikasi yang lain menyebutkan bahwa lapisan bulu terluar dapat basah, tetapi tidak sampai menembus lapisan udara dan membasahi kulit burung.[4]

Perilaku merentangkan dan menjemur sayap ini sering terlihat dilakukan oleh banyak jenis pecuk, bahkan juga oleh kormoran galapagos yang tidak dapat terbang.[5] Fungsi lain dari perilaku ini diduga berkaitan dengan pengaturan termal/panas tubuh,[6] membantu pencernaan, untuk keseimbangan tubuh, atau indikasi kehadiran ikan mangsanya. Kajian-kajian yang dilakukan terhadap pecuk-padi besar menyimpulkan bahwa perilaku ini ditujukan untuk mengeringkan bulu-bulunya.[7][8][9]

Pecuk bersarang dalam koloni pada pepohonan, pulau karang, atau tebing-tebing curam di tepi laut. Telur mereka berwarna biru, dan umumnya hanya berjumlah satu butir setiap tahunnya. Anak pecuk diberi makan dari muntahan induk mereka.

Klasifikasi

sunting
 
Phalacrocorax atriceps albiventer yang masih muda
 
Phalacrocorax niger di Hyderabad, India.
 
Phalacrocorax sulcirostris
 
Koloni Phalacrocorax atriceps di Selat Beagle

Etimologi

sunting

Orang zaman dahulu menyangka bahwa pecuk berkerabat dekat dengan gagak. Perkataan cormorant agaknya merupakan semacam akronim, yang kemungkinan diambil langsung dari bahasa Latin corvus marinus, yang berarti "gagak laut" atau melalui pinjaman dari bahasa Keltik-Britonik. Nama ilmiah marganya, Phalacrocorax, merupakan latinisasi dari perkataan Gerika φαλακρός (phalakros, "botak") dan κόραξ (korax, "gagak"); kemungkinan ini merujuk kepada pipi pecuk-padi besar yang kerap berwarna keputih-putihan, atau kepada jambul putih milik sebangsa pecuk yang terdapat di Laut Tengah.

Referensi

sunting
  1. ^ Cramp S, Simmons KEL 1977. Handbook of the Birds of the Western Palearctic Volume 1, Oxford University Press
  2. ^ Rijke AM (1968). "The water repellency and feather structure of cormorants, Phalacrocoracidae". J. Exp. Biol. 48: 185–189. 
  3. ^ Marchant, S. M. and P.J. Higgins (1990). Handbook of Australian, New Zealand and Antarctic Birds. Vol 1A. Oxford University Press. 
  4. ^ Hennemann, W. W., III (1984). "Spread-winged behaviour of double-crested and flightless cormorants Phalacrocorax auritus and P. harrisi: wing drying or thermoregulation?". Ibis. 126 (2): 230–239. doi:10.1111/j.1474-919X.1984.tb08002.x. 
  5. ^ Cook, Timothee R & Guillaume Leblanc (2007). "Why is wing-spreading behaviour absent in blue-eyed shags?" (PDF). Animal Behaviour. 74 (3): 649–652. doi:10.1016/j.anbehav.2006.11.024. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-02-18. Diakses tanggal 2012-09-22. 
  6. ^ Curry-Lindahl, K (1970). "Spread-wing postures in Pelecaniformes and Ciconiiformes" (PDF). Auk. 87: 371–372. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-06-03. Diakses tanggal 2012-09-22. 
  7. ^ Sellers, R. M. (1995). "Wing-spreading behavior of the cormorant Phalacrocorax carbo". Ardea. 83: 27–36. 
  8. ^ J. Bryan Nelson (2005). Pelicans, Cormorants and Their Relatives: Pelecanidae, Sulidae, Phalacrocoracidae, Anhingidae, Fregatidae, Phaethontidae. Oxford University Press. hlm. 162–163. ISBN 0-19-857727-3. 
  9. ^ Bernstein, N. P & S J Maxson (1982). "Absence of Wing-spreading Behavior in the Antarctic Blue-eyed Shag (Phalacrocorax Atriceps Bransfieldensis)" (PDF). The Auk. 99 (3): 588–589. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-06-03. Diakses tanggal 2012-09-22. 
  • Dorst, J. & J.L. Mougin (1979): Family Phalacrocoracidae. In: Mayr, Ernst & Cottrell, G.W. (eds.): Check-List of the Birds of the World Vol. 1, 2nd ed. (Struthioniformes, Tinamiformes, Procellariiformes, Sphenisciformes, Gaviiformes, Podicipediformes, Pelecaniformes, Ciconiiformes, Phoenicopteriformes, Falconiformes, Anseriformes): 163-179. Museum of Comparative Zoology, Cambridge.
  • Orta, Jaume (1992): Family Phalacrocoracidae. In: del Hoyo, Josep; Elliott, Andrew & Sargatal, Jordi (eds.): Handbook of Birds of the World, Volume 1 (Ostrich to Ducks): 326-353, plates 22-23. Lynx Edicions, Barcelona.

Pranala luar

sunting