(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Amduat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Amduat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Fragmen Papirus Pemakaman dari Amduat. Periode Menengah Ketiga, Dinasti ke-21.
  • Kitab Amduat, papirus Cyperus. Detail Thebes, antara tahun 1076 dan 722 SM

Amduat (secara harfiah berarti "Apa Yang Ada di Alam Baka", juga diterjemahkan sebagai "Teks dari Ruang Tersembunyi yang ada di Dunia Bawah" dan "Kitab Apa yang Ada di Dunia Bawah")[1] merupakan teks pemakaman Mesir kuno penting yang berasal dari Kerajaan Baru Mesir. Seperti halnya teks pemakaman kebanyakan, Amduat ditemukan tertulis di bagian dalam makam firaun sebagai panduan. Namun, tidak seperti teks pemakaman lainnya, Amduat dibuat hanya untuk para firaun (eksklusif hingga Dinasti Kedua Puluh Satu) atau bangsawan yang sangat disukai.[2]

Isinya menceritakan kisah Ra, dewa matahari Mesir yang melakukan perjalanan melalui dunia bawah, dari saat matahari terbenam di barat dan terbit lagi di timur. Dikatakan bahwa Firaun yang meninggal melakukan perjalanan yang sama, akhirnya menjadi satu dengan Ra dan hidup selamanya.

Dunia bawah dibagi menjadi dua belas jam malam, masing-masing mewakili sekutu dan musuh yang berbeda yang dihadapi Firaun/dewa matahari. Amduat menyebut semua nama dewa dan monster-monster ini. Tujuan utama dari Amduat adalah untuk memberikan nama-nama dewa dan monster ini kepada roh Firaun yang telah meninggal, agar dia dapat memanggil mereka untuk meminta bantuan atau menggunakan nama mereka untuk menaklukkan mereka. Serta menghiitung dan menamakan penghuni Duat, baik dan buruk, ilustrasi karya ini menunjukkan dengan jelas topografi dunia bawah. Versi lengkap yang paling awal dari Amduat ditemukan di KV34, makam Thutmosis III di Lembah Para Raja.

Jam ke-11 dari Amduat

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Amduat menceritakan kisah perjalanan nokturnal matahari di bawah bumi, dari permulaannya di bawah ufuk barat di malam hari hingga kemunculannya kembali saat fajar di Timur. Ada dua belas bagian yang dimana satu bagian sama dengan satu jam malam. Selama perjalanannya diyakini bahwa dewa matahari dan rombongan dewa-dewa lainnya berjuang dan mengatasi kekuatan-kekuatan kekacauan (terutama yang berwujud ular raksasa Apep), dan mengalami peremajaan, sehingga dapat dilahirkan kembali pagi berikutnya.[3]

Pada jam ke-1 dewa matahari memasuki cakrawala barat (akhet) yang merupakan transisi antara siang dan malam. Pada jam ke-2 dan ke-3 ia melewati dunia dengan perairan yang berlimpah yang disebut Wernes dan Waters of Osiris. Pada jam ke-4 dia mencapai alam Sokar berpasir yang sulit, dewa elang dunia bawah, di mana dia menemukan jalur zig zag gelap yang harus dia atasi, diseret dengan perahu ular. Pada jam ke-5 ia menemukan makam Osiris yang merupakan sebuah kandang yang mana di bawahnya tersembunyi sebuah danau api, makam itu ditutupi oleh piramida seperti gundukan (diidentifikasi sebagai dewi Isis) dan di atasnya Isis dan Nephthys hinggap dalam wujud dua ekor elang (burung pemangsa).

Pada jam ke enam, peristiwa paling signifikan di dunia bawah terjadi. Ba (atau jiwa) Ra bersatu dengan tubuhnya sendiri, atau alternatif dengan ba Osiris dalam lingkaran yang dibentuk oleh ular biru. Peristiwa ini adalah titik di mana matahari memulai regenerasinya; itu adalah momen yang sangat penting, tetapi juga berbahaya, karena di luar itu di jam ke-7 sang musuh Apep (Apophis) menunggu dan harus ditundukkan oleh keajaiban Isis, dan kekuatan Set yang dibantu oleh Serqet. Setelah ini dilakukan, dewa matahari membuka pintu makam di jam ke-8 dan kemudian meninggalkan pulau berpasir Sokar dengan mendayung dengan penuh semangat kembali ke perairan di jam ke-9. Pada jam ke-10 proses regenerasi berlanjut melalui perendaman di perairan sampai di jam ke-11 sang mata dewa (simbol untuk kesehatan dan kesejahteraannya) sepenuhnya diregenerasi. Pada jam ke-12 dia masuk ke ufuk timur siap naik kembali sebagai matahari pada hari yang baru.

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Forman & Quirke (1996), hlm. 117.
  2. ^ Hornung (1999), hlm. 27.
  3. ^ Taylor (2016), hlm. 136.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]