(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Bambu ater - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Bambu ater

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bambu Ater
Bambu jåwå, Gigantochloa atter
dari Sumber Gangging, Sidomulyo, Sidorejo, Magetan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Genus:
Spesies:
G. atter
Nama binomial
Gigantochloa atter
Sinonim
  • Bambusa thouarsii var. atter Hassk.[4] (basionym)
  • Bambusa atter Kurz (nom.inval.)

Sumber: The Plant List[5]

Bambu ater[6] atau buluh jawa (Gigantochloa atter) merupakan jenis bambu yang tersebar luas di Indonesia dan Asia Tenggara. Bambu ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga. Nama-nama lokalnya antara lain, awi ater, awi temen (Sd.); pring legi, pring jåwå, dĕling jawi (Jw.); perrèng kèles (Md.); au loto (Gal.); tabadiku tui (Ternate); buluh jawa (umumnya di Indonesia timur), dan buluh dabuk (di Palembang).[7][8][9] Dalam bahasa Inggris ia disebut giant atter atau sweet bamboo,[10] sementara dalam bahasa Tagalog dikenal sebagai kayali.[8]

Pengenalan

[sunting | sunting sumber]
Pangkal rumpun buluh

Bambu yang merumpun, padat dan tegak. Rebungnya hijau hingga keunguan, tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna hitam. Buluhnya lurus, mencapai tinggi 22(-25) m; garis tengahnya 5-10 cm dan ruas-ruasnya sepanjang 40–50 cm, tebal dinding buluh lk. 8 mm; hijau, hijau tua hingga hijau kebiruan, dengan lampang berupa cincin berwarna pucat pada buku-bukunya; buku-buku dekat tanah dengan sedikit akar udara. Percabangan muncul tinggi, lk. 2–3 m di atas tanah.[8][9]

Pelepah buluh mudah rontok, kecuali mungkin yang terbawah; menyegitiga sempit dengan ujung terpangkas, panjang lk. 21–36 cm, berbulu miang berwarna hitam pada sisi luarnya. Daun pelepah buluh bentuk lanset atau menyegitiga dengan pangkal menyempit, lk. 10 × 3 cm, terkeluk balik. Kuping pelepah membulat hingga membulat dengan ujung sedikit melengkung keluar, lebar 6–9 mm dan tinggi 3–7 mm, dengan bulu kejur 4–6 mm; ligula (lidah-lidah) menggerigi, tinggi 3–6 mm, lokos.[8][9]

Daun pada ranting bentuk lanset lonjong, 20-49 × 3–9 cm, lokos; kuping pelepah kecil, 2 × 1 mm, lokos; ligula rata, tinggi lk. 2–4 mm, lokos.[8]

Perbungaan berupa malai pada ranting yang berdaun, dengan kelompok-kelompok hingga 35 spikelet pada masing masing bukunya. Spikelet bentuk lanset bulat telur, 9-12 × 3–4 mm, berisi 4 floret yang sempurna dan satu floret ujung yang tak sempurna.[8]

Agihan dan ekologi

[sunting | sunting sumber]

Bambu ater menyebar luas di wilayah Asia tropis: Indocina, kawasan Malesia dan Papuasia,[11] namun asal-usulnya tidak diketahui dengan pasti.[8] Bambu ini banyak ditanam orang di wilayah perdesaan Jawa, tetapi di luar Jawa kebanyakan tumbuh liar. Bambu ater dibudidayakan di Filipina (Davao) dan Brunei, dan mungkin pula di Sarawak.[8]

Bambu ini terutama hidup di wilayah tropis yang lembap, dari ketinggian muka laut hingga 1.400 m dpl. Ia terutama tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan di atas 2.500 mm pertahun, akan tetapi tak sebagaimana jenis-jenis Gigantochloa lainnya, bambu ater sanggup tumbuh di tempat-tempat yang lebih kering dengan curah hujan sekitar 1.000 mm pertahun. Bambu ater menyukai tanah latosol, tetapi dapat pula ditanam di atas tanah-tanah aluvial, berkapur, dan tanah lempung berpasir.[8]

Bambu ater terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan: rangka rumah, dinding, pagar; dan juga untuk membuat perlengkapan rumah tangga seperti balai-balai, furnitur, serta alat-alat masak.[8] Bambu ini baik pula untuk membuat alat-alat musik tradisional seperti calung dan angklung.[9] Penggunaan lainnya adalah sebagai galah penjemur, tangkai sapu,[7] dan juga penopang tandan pisang.[8] Buluhnya juga dimanfaatkan sebagai bahan anyaman (untuk keranjang dll.), serta untuk membuat sumpit, tusuk sate, tusuk gigi, dan sebagainya.[8]

Rebungnya disukai sebagai sayuran, dan dikatakan bahwa rasanya tidak kalah dengan rebung bambu betung (Dendrocalamus asper).[7][8]

Kerabat dekat

[sunting | sunting sumber]

Sebelumnya Gigantochloa atter tergabung ke dalam satu jenis besar G. verticillata Willd., bersama-sama dengan G. atroviolacea Widjaja (bambu hitam), G. pseudoarundinacea (Steudel) Widjaja (bambu gombong), dan G. robusta Kurz (bambu mayan). Kini masing-masing jenis itu dianggap sebagai spesies yang tersendiri.[8]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Kurz, S. 1864. "Korte schets der vegetatie van het eiland Bangka." Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch Indië Deel 27: 226. Batavia :Lange [1851-...]
  2. ^ Colonel Munro. 1868. "A monograph of the Bambusaceae, including descriptions of all of the species." Transactions of the Linnean Society of London vol. 26: 125. London :[The Society], 1791-1875.
  3. ^ Ohrnberger, D. 1999. The Bamboos of the World: Annotated Nomenclature and Literature of the Species and the Higher and Lower Taxa: 297-8 Amsterdam :Elsevier.
  4. ^ Hasskarl, J.K. 1848. Plantae javanicae rariores, adjectis nonnullis exoticis, in Javae hortis cultis descriptae: 41. Berolini :Sumptibus A. Foerstner.
  5. ^ The Plant List: Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz
  6. ^ KBBI daring: bambu
  7. ^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I: 338-41. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1922- I: 281-4.)
  8. ^ a b c d e f g h i j k l m n Rifai, M.A. 1995. "Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz" Diarsipkan 2016-08-18 di Wayback Machine. in Soejatmi Dransfield & E.A. Widjaja (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos: 100-2. Bogor:PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. [Internet] Record from Proseabase. Accessed 20-Apr-2016
  9. ^ a b c d Widjaja, E.A. 2001. Identikit jenis-jenis bambu di Jawa: 50-53. Gb. 17 dan L.f. 17. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
  10. ^ Guadua Bamboo: Gigantochloa atter Diarsipkan 2016-04-28 di Wayback Machine.
  11. ^ GrassBase: Gigantochloa atter

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]