(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Djohan Yoga - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Djohan Yoga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Djohan Yoga
Djohan Yoga di KBRI Bangkok, 2019
Lahir8 Oktober 1964 (umur 60)
Bukittinggi, Sumatera Barat
KebangsaanIndonesia
AlmamaterInstitut Teknologi Bandung
Universitas Terbuka
National University of Singapore
PekerjaanKonsultan dan motivator

Ir. Drs. Djohan Yoga, M.Sc., MoT., Ph.D. (lahir 8 Oktober 1964) adalah motivator, pembicara publik, serta konsultan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan di Asia-Pasifik. Dirinya juga dikenal sebagai ahli mindmap (pemetaan pikiran) yang belajar langsung kepada Anthony Peter Buzan (lebih dikenal dengan nama Tony Buzan) sekaligus menjadi perwakilan ThinkBuzan di Asia. Djohan Yoga kerap menjadi narasumber seminar dan workshop serta pendampingan di sekolah, perguruan tinggi, lembaga pemerintahan, dan perusahan.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10]

Pendidikan dan karier

[sunting | sunting sumber]

Djohan Yoga menyelesaikan pendidikan sarjananya di dua jurusan, yaitu Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (1985-1990) dan statistika di Universitas Terbuka. Di Institut Teknologi Bandung Djohan meraih predikat sebagai lulusan terbaik. Setelah menjadi sarjana, ia berkarier di perusahaan minyak multinasional. Setelah delapan belas tahun bekerja di perusahaan, dirinya memutuskan mengundurkan diri, kemudian menekuni profesi dalam bidang pendidikan dan fokus kepada pengembangan sumber daya manusia.[1]

Master of Science in Management of Technology (MOT) dari NUS Singapura ini belajar pemetaan pikiran secara langsung kepada penemunya, Tony Buzan. Dirinya merupakan orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang mendapat sertifikat keahlian dalam tiga bidang sekaligus, yaitu Tony Buzan’s Power Learning Techniques, Tony Buzan’s Advanced Mind Map®, serta Tony Buzan’s iMindMap®. Selain itu, Djohan juga mendapat sertifikat keahlian Edward de Bono’s Effective Thinking Methods serta NLPPractisioner for Education. Setelah mendapat sertifikat keahlian tersebut, lelaki kelahiran Bukittinggi ini menjadi instruktur internasional Mind Map® untuk wilayah Asia dengan jaringan meliputi sembilan negara, yaitu Hongkong, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, India, Korea, dan Taiwan. Djohan juga menjadi direktur dan master trainer di Indomindmap®, yaitu lembaga yang memegang lisensi Mind Map® dari Tony Buzan khusus untuk bidang pendidikan di Indonesia.[8]

Dengan berbagai lisensi yang dimilikinya, penyandang gelar Ph.D. dalam bidang kreativitas dan inovasi terapan ini memokuskan diri dalam bidang pemetaan pikiran, membaca cepat, super memory, karakter dan mindset, serta kreativitas dan inovasi.[9]

Gagasan tentang kreativitas

[sunting | sunting sumber]

Djohan Yoga berpandangan, secara alamiah, otak manusia berpikir dengan pola radian. Sistem pendidikan menuntut orang berpikir secara linier. Hal ini mengakibatkan otak manusia terlatih berpikir langkah demi langkah yang jauh lebih lambat dibandingkan berpikir radian. Dengan berpikir pola radian, otak akan lebih bebas sehingga memunculkan ide-ide secara simultan. Latihan berpikir radian ini di antaranya dapat dilakukan dengan bantuan metode pemetaan pikiran (bahasa Inggris: mind mapping techniques) yang dikembangkan oleh Profesor Tony Buzan dari Inggris.[4][11]

Masyarakat, dimulai dari dunia pendidikan, sudah harus mengubah cara berpikir fixed yang terlalu mengagungkan prestasi sehingga sulit berubah dan tidak mau belajar lagi. Semestinya, mindset yang dikembangkan adalah mindset growth. Dengan mindset ini, targetnya, pola pikir akan berubah menjadi lebih rendah hati dan ingin terus belajar.[5]

Djohan Yoga juga banyak menyoroti persoalan kreativitas dan inovasi di perguruan tinggi. Menurutnya, inovasi yang perlu dikembangkan di perguruan tinggi meliputi empat tipe, yakni duplikasi, ekstensi, synthesis dan invention.[2][5] Era abad 21 ini, Revolusi Industri 4.0 terjadi di segala aspek, mulai teknologi, sosial, budaya, ekonomi, hingga pendidikan. Pendidikan di abad ke-21 sangat bergantung kepada kreativitas, di mana dibutuhkan kemampuan untuk berpikir kreatif, keahlian, dan motivasi.[3]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]