Flu tulang
Artikel ini memberikan informasi dasar tentang topik kesehatan. |
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. (6 Februari 2011) |
Flu tulang
| |
---|---|
Primate erythroparvovirus 1 | |
Komposisi genom virus ICTV | ssDNA(+/-) (en) , single-stranded DNA virus (en) dan single-stranded DNA virus (en) |
Penemu atau pencipta | Yvonne Cossart (en) |
Penyakit | erythema infectiosum (en) |
Taksonomi | |
Kerajaan | Shotokuvirae |
Filum | Cossaviricota |
Kelas | Quintoviricetes |
Ordo | Piccovirales |
Famili | Parvoviridae |
Genus | Erythroparvovirus |
Spesies | Primate erythroparvovirus 1 |
Flu tulang adalah salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh makin parahnya influensa yaitu Flu Tulang yang dimotori oleh virus Parvovirus B19.[1]
Gejala Penyakit
[sunting | sunting sumber]Flu tulang terkadang ditandai dengan gejala munculnya bercak-bercak merah pada mulut atau kulit. Untuk membedakannya dengan penyakit demam berdarah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut karena gejalanya mirip dengan flu tulang. Gejala-gejala umum yang sering dijadikan indikator, yaitu rasa ngilu pada persendian yang berlangsung selama 2–4 minggu pasca-flu biasa. Penderita merasa sangat kedinginan pada malam hari dan di pagi harinya tubuh terasa kaku. Biasanya kondisi kesehatan penderita akan berangsur-angsur membaik setelah 3 minggu.[1]
Pengobatan
[sunting | sunting sumber]Pasien sebaiknya mengonsumsi makanan bergizi tinggi dan sebanyak mungkin untuk menghindari rokok, kopi, dan makanan lemak tinggi sehingga tidak menjadi lebih parah. Sangat dianjurkan untuk tidak sembarangan mengonsumsi obat flu di pasaran karena sangat berbahaya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Flu Tulang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-02-09. Diakses tanggal 2011-02-06.