Jembatan Lama Kediri
Jembatan Lama Kediri | |
---|---|
Koordinat | 7°48′50″S 112°0′26.65″E / 7.81389°S 112.0074028°E |
Moda transportasi | Kendaraan R2, dan pejalan kaki |
Melintasi | Sungai Brantas |
Lokal | Kota Kediri, Jawa Timur |
Nama resmi | Jembatan Brug Over den Brantas te Kediri |
Karakteristik | |
Desain | Jembatan besi |
Bahan baku | Besi |
Panjang total | 160 m |
Lebar | 5.80 m |
Tinggi | 7.50 m |
Sejarah | |
Mulai dibangun | 1855 |
Selesai dibangun | 1869 |
Lokasi | |
Koordinat: 7°48′49.586″S 112°0′26.651″E / 7.81377389°S 112.00740306°E |
Jembatan Brug Over den Brantas te Kediri, atau yang dikenal sebagai Jembatan Lama oleh masyarakat Kota Kediri, adalah sebuah jembatan yang membentang di atas Sungai Brantas dan merupakan salah satu struktur jembatan besi tertua di Pulau Jawa. Jembatan ini menghubungkan dua kecamatan di Kota Kediri, yakni Kecamatan Kota dan Kecamatan Mojoroto.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pembangunan jembatan ini didasari oleh keinginan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk membangun akses Jalan Raya Pos Surabaya-Madiun melalui Kediri. Pada 16 Mei 1854, dikeluarkan keputusan Gubernemen Hindia Belanda untuk membangun jembatan berbahan batu senilai 128.891 Gulden (sekitar Rp 1.025.288.996,99 nilai rupiah saat ini) menggunakan desain dari seorang kapten zeni.
Pembangunan jembatan dimulai pada tahun 1855. Namun setahun setelah dimulainya pembangunan, insinyur kepala dari Waterstaatsafdeeling Soerabaia (Dinas Pekerjaan Umum Unit Soerabaia) mendapatkan ajuan keberatan dari berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut beralasan bahwa tiang batu besar yang menopang jembatan dapat menghambat aliran air sungai. Meskipun demikian, proses pembangunan jembatan tetap dilanjutkan.[1]
Fondasi penopang jembatan bagian barat selesai dibangun pada tahun 1859. Hingga akhirnya pada tahun 1861, pembangunan dihentikan karena kendala teknis saat pemasangan fondasi dan anggaran yang membengkak hingga mencapai 73.000,00 gulden. Pada tanggal 1 Mei 1852, seorang insinyur kelahiran Belanda bernama Sytze Westerbaan Muurling mengajukan desain alternatif untuk Jembatan Brug Over den Brantas te Kediri. Desain revolusioner yang diusungnya saat itu yakni jembatan dengan bahan besi senilai 230,825,00 gulden.[2]
Lelang pertama pekerjaan pembangunan jembatan yang dilakukan di Batavia pada 27 April 1863 berakhir dengan kegagalan. Lelang kedua yang dilakukan pada tanggal 30 Desember 1863 juga gagal. Hingga akhirnya pada tanggal 31 Juli 1865, lelang berhasil dilakukan setelah dua kali mengalami kegagalan.
Pada 18 September 1865, pembangunan jembatan besi mulai dilakukan dan direncanakan akan selesai dalam waktu 2 tahun. Setelah mengalami kendala teknis yang berakibat pada molornya proses pembangunan, pekerjaan jembatan ini akhirnya selesai pada 11 Maret 1869 dan dapat dilalui oleh masyarakat umum pada 18 Maret 1869.
Jembatan ini pernah menjadi sasaran pengeboman pada era penjajahan Jepang. Untungnya serangan tersebut berhasil digagalkan dan serangan dipindah ke Jembatan Ngujang.[3]
Kondisi saat ini
[sunting | sunting sumber]Jembatan Lama saat ini masih menjadi salah satu akses utama masyarakat Kota Kediri yang ingin menyeberang Sungai Brantas. Jembatan ini biasanya ramai dilewati oleh para pelajar sekolah dan pedagang pasar saat pagi dan sore hari.
Sejak 24 Desember 2018, tugas Jembatan Lama mulai diambil alih oleh Jembatan Brawijaya yang terletak hanya beberapa meter di sisi utara Jembatan Lama. Jembatan Brawijaya memang sejak awal dibangun untuk mengurangi kepadatan arus lalu lintas di Jembatan Lama yang tergolong sempit. Serupa dengan proses pembangunan Jembatan Lama, pekerjaan Jembatan Brawijaya juga sempat mangkrak beberapa tahun akibat kendala biaya dan kasus korupsi hingga akhirnya diresmikan oleh Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar pada 18 Maret 2019 atau tepat 150 tahun sejak dibukanya Jembatan Lama. Setelah diresmikannya Jembatan Brawijaya, Jembatan Lama kini menjadi bangunan cagar budaya dan hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dari arah timur serta pejalan kaki.
Struktur jembatan saat ini masih mampu berdiri tegak, bahkan setelah terjangan banjir besar yang melanda Kota Kediri puluhan tahun yang lalu. Dengan usianya yang cukup tua, para pecinta sejarah dan aktivis pemerhati Jembatan Lama secara rutin melakukan sosialisasi ke masyarakat akan pentingnya merawat warisan sejarah ini. Aksi tersebut dilakukan mengingat sering terjadinya kebakaran pada lapisan kayu jembatan akibat beberapa orang yang membuang puntung rokok sembarangan di atas jembatan.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Jembatan Lama Kediri pada 24 Desember 1948.
-
Pasukan Belanda melewati Jembatan Lama Kediri dalam upaya perebutan kembali kediri pada 24 Desember 1948.
-
Jembatan Brawijaya sebagai jembatan baru yang menggantikan tugas Jembatan Lama. Struktur Jembatan Lama tampak di belakang Jembatan Brawijaya.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Memo, Koran (2019-03-18). "150 Tahun Jembatan Brug Over den Brantas te Kediri". koranmemo.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-02. Diakses tanggal 2020-02-02.
- ^ "Menengok Jejak Sejarah Jembatan Lama Lewat Bingkaian Foto". Jatim TIMES. Diakses tanggal 2020-02-02.
- ^ "kedirinusantara.com". Riwayat dan Pameran Foto Jembatan Lama (Brug Over den Brantas te Kediri) 150 Tahun Maret 2019. 18 Maret 2019. Diakses tanggal 2020-02-02.