Mitomisin C
Nama sistematis (IUPAC) | |
---|---|
{11-Amino-7-methoxy-12-methyl-10,13-dioxo-2,5-diazatetracyclo[7.4.0.02,7.04,6]trideca-1(9),11-dien-8-yl}methyl carbamate | |
Data klinis | |
Nama dagang | Mitosol, Mutamycin, Jelmyto |
AHFS/Drugs.com | monograph |
MedlinePlus | a682415 |
Data lisensi | US Daily Med:pranala |
Kat. kehamilan | D( |
Status hukum | POM (UK) ℞-only (US) |
Rute | Intravenous, topical |
Data farmakokinetik | |
Metabolisme | Hepatic |
Waktu paruh | 8–48 min |
Pengenal | |
Nomor CAS | 50-07-7 |
Kode ATC | L01DC03 |
PubChem | CID 5746 |
Ligan IUPHAR | 7089 |
DrugBank | DB00305 |
ChemSpider | 5544 |
UNII | 50SG953SK6 |
KEGG | C06681 |
ChEBI | CHEBI:27504 |
ChEMBL | CHEMBL105 |
Sinonim | UGN-101 |
Data kimia | |
Rumus | C15H18N4O5 |
SMILES | eMolecules & PubChem |
| |
Data fisik | |
Titik lebur | 360 °C (680 °F) |
Kelarutan dalam air | 8.43 g L−1 mg/mL (20 °C) |
Mitomisin C adalah mitomisin yang digunakan sebagai agen kemoterapi karena sifat antitumornya yang baik. Zat ini diberikan secara intravena untuk mengobati kanker usus-perut bagian atas (misalnya karsinoma esofagus ), kanker dubur, dan kanker payudara, serta dengan instilasi kandung kemih untuk tumor kandung kemih yang dangka. Mitomisin ini dapat menyebabkan toksisitas sumsum tulang belakang yang sifatnya tertunda dan karenanya biasanya mitomisin ini diberikan tidak sekaligus, namun dengan interval 6 minggu. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang permanen. Mitomisin ini juga dapat menyebabkan fibrosis paru dan kerusakan ginjal.
Selain secara intravena, mitomisin C juga dapat diberikan secara topikal untuk beberapa area penyakit. Contohnya, Area pertama yang dapat ditangani tersebut adalah kanker, terutama kanker kandung kemih dan tumor intraperitoneal. Kemajuan teknologi telah menemukan bahwa instilasi tunggal agen ini dalam 6 jam setelah reseksi tumor kandung kemih dapat mencegah kekambuhan. Area kedua dimana mitomisin ini dapat diterapkan adalah operasi mata di mana mitomisin C 0,02% dioleskan untuk mencegah luka selama operasi penyaringan glaukoma, atau dapat pula digunakan untuk mencegah setelah terbentuknya embun pada kornea setelah PRK atau LASIK; mitomisin C juga telah terbukti mengurangi fibrosis pada operasi strabismus. Yang ketiga adalah pada stenosis esofagus dan trakea dimana aplikasi mitomisin C ke mukosa segera setelah dilatasi akan menurunkan stenosis ulang dengan menurunkan produksi fibroblas dan jaringan parut.
Mitomisin C merupakan pengikat silang DNA yang efektif. Hal ini membuat mitomisin C cukup efektif dalam membunuh bakteri karena cukup satu ikatan silang DNA saja yang diperlukan untuk membunuh bakteri. Mitomisin dapat melakukan hal itu karena zat ini dapat mengalami aktivasi reduktif dan berubah menjadi mitosen, yang akan bereaksi dengan dua basa DNA melalui N-alkilasi. Kedua alkiklasi ini merupakan proses yang spesifik untuk nulkeosida guanin pada sekuens 5'-CpG-3'. Mitomisin C juga digunakan sebagai agen kemoterapi pada operasi glaukoma.
Pada bakteri Legionella pneumophla, mitomisi c menginduksi kompetensi bakteri, suatu kondisi yang dibutuhkan untuk transformasi bakteri yang fungsinya adalah mentransfer DNA dan memungkinkan terjadinya rekombinasi gen antar sel. Selain bakteri, eukariot pun mengalami respon, contohnya adalah Drosophila melanogaster yang merespon mitomisin C dengan meningkatkan jumlah rekombinasinya pada meiosis. Peneliti menganggap bahwa ketika proses seksual terjadi, ikatan silang dan kerusakan lain yang diakibatkan oleh mitomisin C dapat diperbaiki dengan perbaikan rekombinasi.
Penobgatan kanker dengan menggunakan kemoterapi sering merusak sel otak sehingga menyebabkan disfungsi kongnitif dan rusaknya ingatan. Pada penelitian lain, peneliti mencoba mencari alasannya dengan menggunakan tikus dan diobati dengan mitomisin-C. Ketika sel-sel korteks prefrontal tikus tersebut diperika, perlakuan ini menyebabkan adanya peningkatan kerusakan DNA oksidatif 8-oxo-dG, penurunan enzim OGG1 yang biasanya memperbaiki kerusakan tersebut, dan perubahan epigenetik . Perubahan pada tingkat DNA ini dapat menjelaskan, walaupun tidak secara sempurna, kerusakan fungsi kognitif setelah kemoterapi.
Mitomisin ditemukan pada periode 1950-an oleh ilmuwan Jepang pada kultur bakteri mikroba Streptomyces caespitosus.