Monumen Ari-Ari Kartini
Monumen Ari-Ari Kartini | |
Informasi | |
---|---|
Lokasi | Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. |
Negara | indonesia |
Pemilik | |
Awal pembangunan | 1979 |
Penyelesaian | 1979 |
Jenis objek wisata | Wisata Sejarah |
Gaya | Jawa |
Fasilitas | • Lokasi Ari-Ari • Sumur |
Monumen Ari-Ari Kartini adalah tempat[1] plasenta Kartini yang terdapat di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Monumen itu berada[2] di samping kantor kecamatan (dulu kantor wedana). Monumen serupa bunga teratai itu berada di atas tanah tak terlalu luas. Di monumen itulah, ari-ari atau plasenta Kartini ditanam. Monumen Kartini sangat sederhana. Hanya ada monumen, sumur, dan tugu penanda tempat dia dilahirkan.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kartini dilahirkan di sebuah di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Dia lahir ketika ayahnya masih menjabat sebagai Wedana. Sayang rumah asli tempat Kartini di lahirkan sudah di bongkar habis. Yang tersisa hanya sebuah sumur dan lokasi ari-ari atau potongan tali pusar yang ditanam. Sekarang, di tempat ari-ari (plasenta) ditanam dibangun monumen disebut Monumen Ari-Ari Kartini.
Monumen
[sunting | sunting sumber]Di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Jepara, terdapat monumen ari-ari Kartini. Monumen itu berada di samping kantor kecamatan (dulu kantor wedana). Monumen serupa bunga teratai itu berada di atas tanah tak terlalu luas. Di monumen itulah, ari-ari atau plasenta Kartini ditanam.
Monumen Ari-Ari dibangun oleh Pemda Jepara pada tahun 1979. Renovasi Monumen Ari-Ari dilakukan tahun 1981 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef, Setelah itu belum ada renovasi lagi.
Monumen Kartini sangat sederhana. Hanya ada monumen, sumur, dan tugu penanda tempat dia dilahirkan. Penjaga monumen, menuturkan di tempat itu dahulu rumah keluarga Kartini berada, Sekarang sudah tak ada bekasnya.
Rumah asli, telah dibongkar untuk dan dibawa ke Jepara. Saat masih di Mayong, ayah Kartini, Mas Adipati Ario Sosroningrat, menjabat wedana. Baru setelah dua tahun sejak kelahiran Kartini, dia sekeluarga pindah ke Jepara untuk bertugas sebagai bupati.
Keunikan
[sunting | sunting sumber]Ada yang unik di kawasan monumen[3] itu, yakni monumen ari-ari dan sumur. Monumen dibuat menyerupai bunga teratai dengan lekuk yang bermakna kelahiran. Kuncup kedua dari atas berjumlah 21 yang menunjukkan tanggal kelahiran Kartini. Empat buah lampu menunjukkan bulan April, sedangkan 18 kuncup paling bawah menunjukkan tahun 1800. Ukiran bawah berjumlah tujuh menunjukkan angka tujuh. Kuncup paling atas sembilan menunjukkan angka sembilan. Jika dirangkai menjadi tanggal, bulan, dan tahun kelahiran Kartini: 21 April 1879. Sumur di depan monumen masih asli. Letak dan bangunan sumur itu tak berubah. Basuki menuturkan sumber air itu tak pernah surut pada musim kemarau sekalipun. Kedalaman sumur sekitar 10 meter.
Rencana Pengembangan Monumen Ari-Ari Kartini
[sunting | sunting sumber]Kawasan kantor Kecamatan Mayong, berhalaman paling luas di seluruh kantor kecamatan di Kabupaten Jepara. Potensi itu bisa dikelola menjadi bagian perluasan monumen. Taman di dekatnya dapat pula dipercantik. Apakah bisa? Selama ada kemauan politik dari penanggung jawab daerah, itu mudah. Namun mensyaratkan juga suara masyarakat untuk menggerakkan.
Adalah kabar gembira jika ada niat menjadikan kawasan kelahiran Kartini sebagai museum bersama. Sebab, Museum Kartini di Jepara dan Rembang berkesan terpisah. Narasi yang tersaji di kedua tempat itu terpenggal. Masa kecil Kartini di Jepara, sedangkan masa berkeluarga di Rembang. Dan, saat kelahiran hingga usia dua tahun di Mayong.
Perlu membangun museum bersama untuk mengintegrasikan pemahaman tentang sosok Kartini secara holistik. Jadi tak muncul persepsi setengah-setengah tentang Kartini. Orang yang hanya tahu monumen kelahiran Kartini, misalnya, akan ragu menyatakan bahwa itu monumen Kartini, sang tokoh emansipasi.
Atau, ketika melihat foto-foto keluarga dan benda peninggalannya di Rembang, orang akan bertanya-tanya tentang masa kecil dan tempat kelahirannya. Begitu pula yang terjadi ketika berkunjung ke Jepara dengan pertanyaan tentang nasib Kartini setelah diboyong sang suami ke Rembang. Pengetahuan yang tak lengkap bisa saja membuahkan penghayatan yang tak utuh. Dan, akhirnya berujung ke kegagalan transformasi nilai-nilai kesejarahan Kartini.
Karena itu pendirian museum Kartini yang komplet bisa diharapkan bakal memunculkan semangat untuk meneladani Kartini. Namun barangkali terlalu melangit jika tak mnempertimbangkan faktor geografis kedua daerah, Jepara dan rembang, dan berkesan memaksakan. Semoga muncul kesepakatan berbagai komponen untuk mewujudkan angan-angan tentang pembelajaran tentang Kartini melalui pendirian museum. Dengan harapan, generasi terkini lebih terpantik meneladani sosok pejuang itu. Semoga
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-25. Diakses tanggal 2015-12-24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-25. Diakses tanggal 2015-12-24.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-25. Diakses tanggal 2015-12-24.