(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Caturpurusarta - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Caturpurusarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Purushartha)

Caturpurusarta (Dewanagari: चतुर्पुरुषार्थ; ,IASTCaturpuruṣārtha, चतुर्पुरुषार्थ), dalam agama Hindu, secara harfiah berarti "empat tujuan hidup manusia".[1] Ini merupakan konsep penting dalam agama Hindu, dan mengacu kepada empat macam hal yang harus dicapai dalam kehidupan manusia. Keempat purusarta meliputi: Darma (kebenaran, nilai-nilai moral), Arta (kemakmuran, kebutuhan pokok), Kama (kenikmatan jasmani-rohani, kasih sayang), dan Moksa (kemerdekaan, nilai-nilai spiritual).[2][3]

Semua bagian Caturpurusarta bersifat penting, tapi dalam hal konflik kepentingan, Darma dianggap sebagai yang paling penting daripada Arta maupun Kama menurut filsafat Hindu.[4] Moksa diyakini sebagai tujuan sejati dalam hidup manusia.[5]

Para cendekiawan India menyadari dan memperdebatkan perselisihan antara usaha mengejar kemakmuran (arta) dan kenikmatan (kama), dan menolak harta benda maupun kenikmatan demi kebebasan spiritual (moksa). Mereka menyatakan "hidup dengan penolakan", atau "bebas dari ketergantungan, hidup berlandaskan darma", yang juga disebut Nishkam Karma sebagai solusi memungkinkan terhadap perselisihan tersebut.[6]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ puruSArtha Sanskrit-English Dictionary, Koeln University, Germany
  2. ^ (Flood 1996, hlm. 17), (Olivelle 1993, hlm. 216–219); Cf. also (Apte 1965, hlm. 626); (Hopkins 1971, hlm. 78)
  3. ^ M Hiriyanna (2000), Philosophy of Values, in Indian Philosophy: Theory of value (Editor: Roy Perrett), Routledge, ISBN 978-0-8153-3612-9, pages 1–10
  4. ^ Gavin Flood (1996), The meaning and context of the Purusarthas, in Julius Lipner (Editor) - The Fruits of Our Desiring, ISBN 978-1-896209-30-2, pp 16–21
  5. ^ Alban Widgery (1930), The Principles of Hindu Ethics, International Journal of Ethics, 40(2): 239–240
  6. ^ GH Rao (1926), The Basis of Hindu Ethics, International Journal of Ethics, 37(1): 19–35