Sudesna
सुदेष्णा | |
---|---|
Tokoh Mahabharata | |
Nama | Sudesna |
Ejaan Dewanagari | सुदेष्णा |
Ejaan IAST | Sudéṣṇā |
Nama lain | Kaikeyi[1] |
Kitab referensi | Mahabharata |
Asal | Kerajaan Wirata |
Kasta | kesatria |
Suami | Wirata (Matsyapati) |
Anak | Utara, Utari, Sweta, Wratsangka |
Dalam wiracarita Mahabharata, Sudesna (Dewanagari: सुदेष्णा; IAST: Sudéṣṇā ) adalah permaisuri Raja Wirata, yaitu raja yang menyediakan lapangan pekerjaan kepada para Pandawa saat mereka hidup dalam masa penyamaran selama setahun di kerajaan Wirata. Ia merupakan ibu bagi Utara, Utari, Sweta, dan Wratsangka. Ia memiliki saudara bernama Kicaka yang menjabat sebagai panglima di kerajaan Matsya, dan seorang ipar bernama Satanika.[2] Kebanyakan kisah tentang Sudesna terdapat dalam Mahabharata buku ke-4, yaitu Wirataparwa.
Kisah dalam Wirataparwa
[sunting | sunting sumber]Dalam kitab Wirataparwa, yaitu buku ke-4 Mahabharata dikisahkan bahwa setelah Pandawa dan Dropadi menjalani kehidupan di hutan selama 12 tahun (diceritakan dalam Wanaparwa), mereka harus menjalani penyamaran selama setahun, sebelum berhak pulang ke Hastinapura. Para Pandawa memilih kerajaan Wirata sebagai lokasi penyamaran mereka. Di tempat tersebut, Raja Wirata dan Ratu Sudesna telah menjadi tuan rumah bagi Pandawa dan Dropadi.
Dikisahkan bahwa pada awalnya Sudesna tertarik akan paras Dropadi (dengan nama samaran "Malini")[3] yang sedang berjalan-jalan di pasar. Ia pun menanyakan identitas Dropadi. Karena sedang menjalani masa penyamaran, Dropadi menjawab bahwa ia bernama Malini, seorang pelayan golongan sairandri,[1] dan merupakan mantan dayang-dayang di istana Indraprastha, yang telah kehilangan pekerjaan setelah para Pandawa kehilangan kerajaannya. Namun Dropadi terlihat begitu anggun dan gerak-geriknya bagaikan wanita bangsawan sehingga Sudesna curiga terhadapnya. Pada akhirnya Sudesna menganggap dirinya terlalu waspada secara berlebihan, lalu ia mengangkat Dropadi sebagai pelayannya. Sebagai seorang sairandri, Dropadi pun menunjukkan perannya sebagai pelayan yang setia dan cekatan.[4]
Kematian Kicaka
[sunting | sunting sumber]Pada suatu ketika, adik permaisuri yang bernama Kicaka—menjabat sebagai panglima tertinggi kerajaan Wirata—memperhatikan Dropadi, lalu terpesona akan kecantikannya dan mengorek informasi tentang sairandri tersebut dari Sudesna. Kemudian Sudesna memberi tahu Dropadi tentang perasaan Kicaka terhadapnya. Dropadi pun merasa tidak senang setelah mendengarnya, dan mengaku bahwa ia telah menikah kepada lima gandarwa yang akan membunuh siapa pun pria yang berani mendekatinya. Demi melegakan hati adiknya, serta ingat akan pesan sang raja untuk tidak mengecewakan panglima tertinggi di kerajaan tersebut, maka Sudesna mempertemukan Kicaka kepada Dropadi. Ia menyuruh Dropadi mengambil arak dari rumah Kicaka; peringatan dari Dropadi pun diabaikan olehnya. Saat Dropadi tiba, Kicaka mencoba untuk melecehkannya. Dropadi meminta pertolongan dari Sudesna dan Wirata, tetapi mereka tidak berbuat apa-apa.[5]
Beberapa hari kemudian, setelah Kicaka tewas secara misterius (tidak ada yang mengetahui bahwa sebenarnya Kicaka dibunuh oleh Bima, salah satu istri Dropadi) Sudesna menjadi ketakutan dan memohon maaf kepada Dropadi. Setelah menyaksikan bahwa kata-kata Dropadi menjadi kenyataan, Sudesna pun menyadari bahwa sairandri bukan wanita biasa. Dengan kepercayaan bahwa kata-kata Dropadi akan menjadi nyata, Sudesna menasihati suaminya untuk tidak menghukum Dropadi atas kematian Kicaka.[6]
Serangan Trigarta
[sunting | sunting sumber]Ketika Susarma dari kerajaan Trigarta menyerbu Matsya, Sudesna menyaksikan bahwa suami dan laskarnya telah berangkat menuju pertempuran. Kemudian, saat pasukan kerajaan Kuru menyerang dari arah yang berbeda, ia mencoba mengatur pertahanan kota, dan mendapati bahwa hanya sedikit tentara yang masih berada di sana. Putranya yang bernama Utara membusungkan dada dan menyatakan bahwa ia akan mengalahkan pasukan Kuru sendirian, serta sudah bersiap-siap untuk berangkat ke medan perang. Cemas akan keselamatan putranya, Sudesna pun mencoba untuk mencegah. Malini mengusulkan agar Utara mengajak Brihanala (nama samaran Arjuna yang sedang menyamar sebagai penari waria) sebagai kusir kereta perangnya, dan berkata bahwa jika Utara melaksanakannya, maka tidak akan ada yang mencelakainya. Awalnya Utara menolak karena tidak mau kereta perangnya dikendalikan seorang waria, tetapi Sudesna menegaskan bahwa apapun yang dikatakan Dropadi pasti akan menjadi kenyataan. Maka, ketika Utara menghadapi pasukan Kuru, Arjuna-lah yang sesungguhnya bertempur dan mengalahkan mereka, melindungi keselamatan Utara, dan mencegah jatuhnya Matsya.[7][8]
Setelah pertempuran, para Pandawa dan Dropadi menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya. Sudesna langsung ketakutan karena Dropadi telah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat berada di kediamannya. Namun Dropadi dan para Pandawa segera memaafkan keluarga kerajaan Wirata, dan berterima kasih kepada raja dan ratu yang telah memberi mereka tempat tinggal. Kemudian putri Sudesna yang bernama Utari dinikahkan kepada Abimanyu, putra Arjuna. Raja Wirata juga menyatakan dukungannya kepada para Pandawa yang berjuang memperoleh kerajaan mereka kembali.
Setelah Wirataparwa
[sunting | sunting sumber]Ketika para Pandawa tidak memperoleh hak mereka yang sah, maka pengumuman untuk berperang diserukan, dan Raja Wirata beserta anak-anaknya berada di kubu Pandawa. Perang terjadi selama 18 hari di Kurukshetra, India Utara. Pada hari pertama, Sudesna meratap setelah putranya yang bernama Sweta gugur. Setelah perang berakhir, suaminya, putra-putranya, dan seluruh laskar Matsya gugur demi kemenangan pihak Pandawa. Namun, cucunya yang diberi nama Parikesit akhirnya menjadi pewaris para Pandawa dan raja Hastinapura yang baru setelah Yudistira. Sudesna hadir saat kelahiran Parikesit. Ia merupakan salah satu orang yang memohon agar Kresna menunjukkan mukjizat demi menolong Parikesit yang ketika itu tak bernyawa saat dilahirkan.[9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Narasimhan, Chakravarthi V. (1977), The Mahabharata: An English Version Based on Selected Verses, Columbia University Press
- ^ Dowson, John (1888). A Classical Dictionary of Hindu Mythology and Religion, Geography, History, and Literature. Trubner & Co., London. hlm. 1.
- ^ Kisari Mohan Ganguli, "Pandava Pravesa Parva", Mahabharata of Krishna Dwaipayana Vyasa, Book 4: Virata Parva, Internet Sacred Text Archive, hlm. 16
- ^ Rajagopalachari, C (2010). Mahabharata. Bharatiya Vidya Bhavan. hlm. 174.
- ^ Rajagopalachari, C (2010). Mahabharata. Bharatiya Vidya Bhavan. hlm. 203.
- ^ Rajagopalachari, C (2010). Mahabharata. Bharatiya Vidya Bhavan. hlm. 204.
- ^ The Modern review, Volume 84, Ramananda Chatterjee, Prabasi Press Private, Ltd., 1948 - History.
- ^ Rizvi, S. H. M. (1987). Mina, The Ruling Tribe of Rajasthan (Socio-biological Appraisal). Delhi: B.R. Pub. Corp. ISBN 81-7018-447-9.
- ^ C. Rajagopalachari, Mahābhārata, pp 215