(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Yayasan Lontar - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke isi

Yayasan Lontar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Yayasan Lontar
Organisasi nirlaba
PendiriGoenawan Susatyo Mohamad
Sapardi Djoko Damono
Umar Kayam
Subagio Sastrowardoyo
John H. McGlynn
Kantor pusatJl. Danau Laut Tawar No. 53, Pejompongan, Jakarta 10210 Indonesia
Wilayah operasi
Dunia
Situs webhttp://www.lontar.org/

Yayasan Lontar adalah organisasi independen dan nirlaba yang berkedudukan di Jakarta, Indonesia. Tujuan utama Lontar adalah untuk mempromosikan sastra dan budaya Indonesia melalui penerjemahan karya-karya sastra Indonesia dengan sasaran membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia agar meningkat secara pesat, menjadikan karya-karya sastra Indonesia dapat diakses oleh khalayak internasional, dan mengabadikan dokumentasi sastra Indonesia bagi generasi mendatang

Sebelum Yayasan Lontar didirikan, pada tahun 1987, hampir tidak ditemukan hasil karya terjemahan sastra Indonesia di pasar dunia. Bahkan lebih dari dua dekade, Yayasan Lontar masih merupakan satu-satunya organisasi di dunia yang fokus utamanya mempromosikan Indonesia melalui penerjemahan karya-karya sastra. Dua program utama Yayasan Lontar adalah penerbitan serta riset dan dokumentasi.

Program Penerbitan

[sunting | sunting sumber]

Yayasan Lontar memiliki tiga nama penerbitan: Lontar, Godown, dan Amanah, yang masing-masing memiliki kekhususan sebagai berikut

  • Lontar: Buku-buku yang diterbitkan oleh di bawah nama Lontar terutama adalah terjemahan sastra Indonesia. Judul-judul non-sastra terpilih mungkin pula dapat dipertimbangkan diterbitkan di bawah naungan nama Lontar, terutama judul-judul yang dinilai berharga dalam peningkatan pengetahuan mengenai bahasa, sastra dan budaya Indonesia.
  • Amanah: Divisi ini menerbitkan buku-buku Yayasan Lontar yang berbahasa Indonesia, umumnya buku-buku yang telah dikumpulkan Yayasan Lontar dalam perjalanannya mengembangkan penerbitan berbahasa Inggris.
  • Godown: secara khusus menerbitkan buku-buku mengenai Indonesia yang bahasa aslinya ditulis dalam bahasa Inggris. Tulisan tersebut dapat berupa puisi, prosa, memoar, atau genre sastra lainnya. Melalui Godown, Lontar menyediakan sebuah wahana bagi publikasi karya-karya bagus yang diminati oleh kalangan Indonesianis yang mungkin tidak bisa dipertimbangkan penerbitannya oleh penerbit-penerbit komersial.

Dalam pemilihan naskah yang akan diterbitkan, Lontar mempertimbangkan untuk jangka panjang, dengan memilih teks-teks yang mungkin telah atau akan memiliki nilai penting dalam sejarah dan secara khusus, sejarah sastra Indonesia. Selain itu, Lontar berharap dapat memperlihatkan sifat multi-faset dari budaya Indonesia melalui buku-buku yang diterbitkannya.

Adapun, program-program Divisi Penerbitan antara lain:

Seri The Modern Library of Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Seri terjemahan karya sastra Indonesia yang dianggap baik dan penting. Beberapa karya yang sudah terbit:

Program riset dan dokumentasi

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini beberapa proyek yang telah dilakukan divisi Riset dan Dokumentasi:

  • Illuminations: Dokumentasi Tradisi Tulis di Indonesia
  • On the Record: Dokumentasi Tradisi Seni Pertunjukan Nusantara
  • On the Record: Video Biografi Sastrawan Indonesia
  • Old Postcards, "Former Points of View": Sejarah Indonesia dalam Kartu Pos
  • The New Order: Issues, Images, and Incidents: Orde Baru dalam ulasan peristiwa dan gambar
  • Historical Memory: Dampak Peristiwa Tahun 1965
  • Satu Abad Drama Indonesia

Adapun beberapa proyek yang sedang dalam tahap pengerjaan adalah:

  • Paket Pendidikan Seni Pertunjukan Wayang Kulit
  • "Old Hands"
  • Satu Abad Puisi Indonesia

Illuminations: Dokumentasi Tradisi Tulis di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pada 1991 Yayasan Lontar melakukan survei di perpustakaan-perpustakaan utama dunia yang memiliki arsip manuskrip-manuskrip Nusantara. Hampir 1000 bentuk manuskrip Indonesia berhasil dilacak pada waktu itu. Yayasan Lontar juga mengumpulkan esai-esai hasil karya para ahli atau peneliti dari dalam dan luar negeri mengenai tradisi tulis di Indonesia. Puncak kegiatan proyek ini adalah penerbitan buku berjudul Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia.

Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia disusun dan disunting oleh Ann Kumar dan John H.McGlynn, berisi kumpulan esai dan foto-foto manuskrip Nusantara yang berasal dari koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kontributor esai pada buku ini adalah: Mastini Hardjoprakoso, Thomas M. Hunter Jr., Supomo Suryohudoyo, A.H. Johns, Henry Chambert Loir, Ian Proudfoot, Virginia Hooker, Mark Durie, Annabel Teh Gallop, Edi S. Ekadjati, Raechelle Rubinstein, Th. C. van der Meij, T.E. Behrend, Bernard Arps, Roger Tol, Uli Kozok, Alan Feinstein.

Adapun materi yang dimuat dalam buku tersebut adalah:

  • Ancient Beginnings: The Spread of Indic Scripts
  • The Sovereignty of Beauty: Classical Javanese Writings
  • In the language of the Divine: The Contribution of Arabic
  • Mediating Time and Space: The Malay Writing Tradition
  • Poetry and Worship: Manuscripts from Aceh
  • Cultural Plurality: The Sundanese of West Java
  • Leaves of Palm: Balinese Lontar
  • Outpost of Traditions: The Island of Lombok
  • Textual Gateways: The Javanese Manuscript Tradition
  • A Legacy of Two Homelands: Chinese Manuscript Literature
  • A Separate Empire: Writings of South Sulawesi
  • Bark, Bones, and Bamboo: Batak Traditions of Sumatra
  • Ancient Links: The Mystery of South Sumatra
  • The Decline of the Manuscript Tradition
  • The Preservation of Manuscripts in Indonesia

On the Record: Dokumentasi Tradisi Seni Pertunjukan Nusantara

[sunting | sunting sumber]

Tradisi lisan dalam sejarah Nusantara tidak sekadar merupakan media penuturan, melainkan bagian penting dari pewarisan sebuah budaya dan kearifan lokal kepada generasi berikutnya, terutama ketika budaya tulis belum ada.Namun karena penuturan tradisi lisan melibatkan ekspresi yang unik dan tidak beraturan (manasuka), keberlangsungannya bergantung pada kemauan para praktisinya untuk meneruskannya. Hampir tidak dapat dihindarkan, perubahan sosial di Indonesia yang sangat cepat selama beberapa dekade terakhir, telah menyebabkan beberapa akar tradisi, termasuk tradisi lisan di berbagai kelompok etnik telah tercerabut paksa. Dasar ritual dan sosial tradisi-tradisi lisan telah sangat dilemahkan dan, ketika para penutur epik lisan dan nyanyian ritual semakin langka, pengetahuannya akan lenyap tanpa bekas.

Yayasan Lontar melakukan riset dan dokumentasi visual beberapa tradisi tersebut, antara lain:

  • Amarasi (Nusa Tenggara Timur)
  • Badenda (Sulawesi Tenggara)
  • Bati-Bati (Sulawesi Selatan)
  • Bonet (Nusa Tenggara Timur, Timor)
  • Cepung (Nusa Tenggara Barat, Sumbawa Besar)
  • Dade Ndate (Sulawesi Tengah)
  • Dalang Jemblung (Jawa Timur)
  • Didong, 1 (Aceh)
  • Didong, 2 (Aceh)
  • Dul Muluk & Seloko (Sumatera Selatan, Jambi)
  • Hikayat Betawi (Jakarta, Betawi)
  • Janaka Sunda (Jawa Barat, Sunda)
  • Kentrung (Jawa Timur)
  • Maengket & Kolintang (Sulawesi Utara, Manado)
  • Mak Yong (Riau)
  • Mamanda (Kalimantan Timur)
  • Mendu (Kalimantan Barat)
  • Mocoan Pacul Goang (Jawa Timur)
  • Pantun Sunda (Jawa Barat, Sunda)
  • Perkolong-kolong (Sumatera Utara, Batak)
  • Rebab Pariaman, (Sumatera Barat, Minangkabau)
  • Sakeco (Nusa Tenggara, Sumbawa Besar)
  • Shalawat Dulang (Sumatera Barat)
  • Sinrilik (Sulawesi Selatan, Makasar)
  • Takna Lawé (Kalimantan, Dayak-Kayan)
  • Tan Bentan (Sumatera Barat, Minangkabau)
  • Wayang Babad (Bali)
  • Wayang Gremeng (Jawa Tengah)
  • Wayang Kulit Luk-Luk (Bali)
  • Wayang Kulit Klasik (Jawa Tengah) *)
  • Wayang Kulit Garapan (Jawa Tengah) *)
  • Wayang Kulit Padat (Jawa Tengah) *)
  • Wor (Papua, Biak)

On the Record: Video Biografi Sastrawan Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Dalam usaha memperkenalkan sastra Indonesia dan para penciptanya, Yayasan Lontar memproduksi 24 buah film mengenai para penulis Indonesia. Film-film tersebut menawarkan kepada pemirsa suatu pandangan langsung kepada pribadi-pribadi di balik buku-buku yang mereka tulis. Pemirsa dapat mendengar secara langsung mengenai kenangan-kenangan masa lalu dan pikiran-pikiran mereka. Setiap film disunting menjadi berdurasi sekitar 24 menit. Detail lebih lengkap tersimpan di arsip Perpustakaan Digital Lontar.

Para penulis yang telah didokumentasikan adalah:

Old Postcards, “Former Points of View”: Sejarah Indonesia dalam Kartu Pos

[sunting | sunting sumber]

Memperingati setengah abad kemerdekaan Indonesia, pada 1995 Yayasan Lontar menerbitkan buku ''Former Points of View: Postcards & Literary Passages from Pre-Independence Indonesia''. Buku tersebut berisi 1067 kartu pos hasil riset dan dokumentasi tentang gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pra kemerdekaan: tradisi musik, tarian, seni kriya; upacara pemakaman atau perayaan keagamaan tahunan; hingga aspek kehidupan sehari-hari seperti gambaran para pedagang dan tukang kredit barang yang pada masa itu menyebar hingga ke pelosok-pelosok. Buku tersebut disusun oleh Stephen Grant.

The New Order: Issues, Images, and Incidents: Orde Baru dalam ulasan peristiwa dan gambar

[sunting | sunting sumber]

Pada bulan Mei 1998, Presiden Soeharto, secara tiba-tiba lengser keprabon (mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan) setelah berkuasa selama lebih dari tiga puluh tahun. Pada saat itu Indonesia sedang dilanda krisis politik dan ekonomi yang sangat parah.

Selama era pemerintahan Soeharto, Indonesia tumbuh dari negara yang dianggap paria oleh negara-negara Barat menjadi apa yang disangka sebagai sebuah keberhasilan uji coba perencanaan pembangunan nasional. Di balik pesona kemajuan kebebasan demokrasi dan pembangunan infrastruktur tersebut, penindasan merajalela, nepotisme terang-terangan dan sangat mencolok, korupsi mewabah yang, pada saat presiden Indonesia kedua itu mengundurkan diri, mulai muncul di depan mata, mengancam dan merongrong sendi-sendi kehidupan sosial di negeri terbesar keempat di dunia ini.

Sejak 1998-2002, Yayasan Lontar melakukan riset mengenai berbagai tema utama yang muncul selama era tersebut agar berbagai pelajaran dari sejarah pemerintahan rezim Orde Baru tersebut dapat dipetik. Pada riset tersebut, Yayasan Lontar mengumpulkan dan menyusun data-data aktual yang diperoleh dari berbagai media massa, wawancara personal, serta diskusi kelompok dengan pengamat politik terkemuka.

Riset tersebut menghasilkan sebuah koleksi yang berisi lebih dari 1500 foto bersejarah yang menggambarkan berbagai peristiwa luar biasa yang terjadi selama rezim Orde Baru, esai yang ditulis oleh lebih dari 50 orang yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut, yang diterbitkan sebagai buku berjudul ''Indonesia in the Soeharto Years: Issues, Incidents, and Images'' (Indonesia pada Masa Soeharto: Isu, Peristiwa, dan Gambar) yang sekarang dipertimbangkan oleh beberapa ahli menjadi salah satu di antara buku-buku terpenting yang mendokumentasikan sejarah era Orde Baru.

Foreword buku tersebut ditulis oleh President Jimmy Carter,Introduction oleh Taufik Abdullah, Preface oleh Goenawan Mohamad, dan Afterword oleh Ignas Kleden. Adapun kontributor essainya antara lain: A.H. Nasution, Ajip Rosidi, Arief Budiman, Arswendo Atmowiloto, Asmara Nababan, Benny Subianto, Chris Siner Key Timu, David Bourchier, Douglas Ramage, Emmy Hafild, Eros Djarot, Feisal Ismail, Gerry van Klinken, H.S. Dillon, Hardoyo, Hermawan Sulistyo, Ignas Kleden, J. Soedradjad Djiwandono, J.R.G. Jopari, João M. Saldanha, Joseph Adi Prasetyo, Joshua Barker, Jusuf Wanandi, Juwono Sudarsono, Kartono Mohamad, Kay Rala Xanana Gusmão, Loren Ryter, Miriam Budiardjo, Moerdiono, Mohamad Sadli, Ong Hok Ham, Pramoedya Ananta Toer, Putu Suasta, R.B. Soehartono, Ridwan Saidi, Sabam Sirait, Saskia Wieringa, Sidney Jones, Sri Soemantri, Tinuk Yampolsky, Ulil Abshar-Abdallah, Yusuf Hasyim.

Historical Memory: Dampak Peristiwa Tahun 1965

[sunting | sunting sumber]

Pada 2000-2004 para peneliti yang dikontrak oleh Yayasan Lontar mewawancarai 145 orang yang kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh berbagai peristiwa pada tahun 1965.

Studi atas ingatan perorangan mengenai suatu peristiwa bersejarah ini menghasilkan beberapa buku, yakni:

  • Menembus Tirai Asap, sebuah kompilasi wawancara—yang sudah diedit—dengan para mantan tahanan politik;
  • Menagerie 6, berisi karya sastra para mantan tahanan politik dan penulis eksil yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris;
  • Di Negeri Orang, sebuah buku berisi kumpulan puisi karya para penyair Indonesia eksil.

Satu Abad Drama Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2001, Yayasan Lontar mulai mengumpulkan naskah drama Indonesia. Ratusan naskah drama dalam rentang satu abad telah dikumpulkan. Dari ratusan naskah tersebut, dewan penyunting serta dewan penasihat memilih 50 naskah drama, yang dianggap mewakili berbagai isu yang beredar dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan telah dipentaskan di atas panggung selama abad ke-20. Lima puluh naskah tersebut disunting dan diterbitkan dalam empat jilid Antologi Drama Indonesia. Sejumlah 34 naskah dipilih untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam 3 jilid The Lontar Anthology of Indonesian Drama. Keduanya terbit pada 2010.

Antologi Drama Indonesia

  • Antologi Drama Indonesia Jilid I 1895-1930
  • Antologi Drama Indonesia Jilid II 1931-1945
  • Antologi Drama Indonesia Jilid III 1946-1968
  • Antologi Drama Indonesia Jilid IV 1969-2000

The Lontar Anthology of Indonesian Drama

  • The Lontar Anthology of Indonesian Drama Vol. 1: Plays for Popular Stage
  • The Lontar Anthology of Indonesian Drama Vol. 2: Building a National Theater
  • The Lontar Anthology of Indonesian Drama Vol. 3: New Directions 1965-1998

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]