(Translated by https://www.hiragana.jp/)
Mengenal Togutil, Suku Primitif yang Mendiami Hutan Halmahera Timur
Mengenal Togutil, Suku Primitif yang Mendiami Hutan Halmahera Timur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Togutil, Suku Primitif yang Mendiami Hutan Halmahera Timur

Azkia Nurfajrina - detikTravel
Minggu, 19 Mei 2024 21:05 WIB
Pembukaan hutan untuk akses jalan perusahaan pertambangan di kawasan gunung Wato-wato di Kabupaten Halmahera Timur.
Foto: Pembukaan hutan untuk akses jalan perusahaan pertambangan di kawasan gunung Wato-wato di Halmahera Timur. (Dok. Istimewa)
Jakarta -

Hingga saat ini di Indonesia masih ada suku terpencil yang hidupnya primitif dan terasingkan dari dunia luar. Salah satunya ada suku Togutil yang berasal dari Halmahera Timur, Maluku Utara.

Suku Togutil bermukim di kawasan hutan Halmahera Timur. Kehidupan masyarakat suku ini masih sederhana dan sangat bergantung pada hutan. Mereka juga sangat mempertahankan nilai-nilai dan tradisi tradisionalnya.

Mengutip jurnal milik UIN Raden Fatah Palembang, keberadaan suku ini masih jauh dari teknologi dan belum tersentuh pembangunan fasilitas maupun infrastruktur publik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin penasaran dengan suku primitif satu ini? Simak uraian kehidupan dan tradisi suku Togutil berikut.

Kehidupan Suku Togutil

Suku Togutil hidup secara nomaden di pedalaman hutan-hutan Halmahera Timur. Sebagian besar mereka hidup di wilayah dekat aliran sungai yang jauh dari permukiman penduduk umum.

ADVERTISEMENT

Hingga sekarang hanya sedikit masyarakat suku Togutil yang hidup di pesisir dan sudah mengenal peradaban modern maupun berinteraksi dengan komunitas di luar kelompoknya.

Kehidupan masyarakat suku Togutil sangat bergantung pada hasil hutan. Mereka hidup sederhana dan membatasi untuk tidak berlebihan. Dinukil dari jurnal milik Universitas Hein Namotemo Tobelo, mereka hanya mengambil hasil hutan sesuai kebutuhan.

Aktivitas seorang lelaki di suku Togutil, mencakup mengumpulkan sagu, mencari getah damar dan gaharu, berburu babi dan rusa, serta mencari ikan di sungai. Di sisi lain, mereka juga aktif berkebun dengan menanam pohon pisang, ubi kayu, ubi jalar, pepaya, maupun tebu.

Sementara para perempuannya berdiam di rumah dan bertugas meramu hasil buruan para lelaki dan membersihkan kebun.

Rumah Adat Suku Togutil

Rumah masyarakat Togutil umumnya terbuat dari kayu, bambu, dan beratap daun palem. Rumah yang ditempati juga biasanya tidak berdinding dan hanya berlantai papan.

Ada beberapa tipe rumah orang Togutil, mulai dari yang sederhana sampai yang lengkap. Rumah sederhana hanya terdiri dari bangunan gubuk besar yang di dalamnya terdapat balai sebagai tempat tidur, dapur berupa tungku, dan para-para untuk meletakkan makanan dan minuman untuk roh leluhur.

Rumah tipe sedang hanya ditambahkan satu gubuk khusus yang lebih kecil untuk dapur. Untuk tipe rumah lengkap diberi tambahan gubuk lain untuk tempat tidur orang dewasa dan tamu.

Kepercayaan Suku Togutil

Togutil memiliki kepercayaan terhadap roh yang menempati seluruh alam lingkungan. Mereka meyakini adanya kekuatan dan kekuasaan tertinggi yaitu Jou Ma Dutu, pemilik alam semesta yang biasa disebut juga dengan "o -gokiri- moi" yang berarti jiwa atau nyawa.

Sebab itu, suku Togutil sangat memelihara alam terutama hutan dan memanfaatkannya dengan baik. Hasil hutan tidak sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi digunakan pula sebagai obat-obatan tradisional.

Masyarakat Togutil juga meyakini roh orang yang meninggal senantiasa bersemayam di rumah. Mereka percaya bahwa roh nenek moyang selalu mengawasi dan menjaga anak cucunya.

Bahasa Suku Togutil

Masyarakat suku Togutil menggunakan bahasa Tobelo. Mereka berkomunikasi dan memakai bahasa yang sama dengan penduduk pesisir, orang Tabelo.

Tradisi Suku Togutil

Suku Togutil masih sangat mempertahankan nilai-nilai tradisinya. Sejumlah kearifan lokal dan aturan yang berlaku di antara masyarakat suku ini berkaitan dengan pengelolaan hutan.

Bagi mereka, hutan adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga lantaran telah memberikan kehidupan bagi mereka. Pohon di hutan dianggap pula sebagai simbol kelahiran generasi baru.

Selain itu, Togutil percaya bahwa hutan sebagai tempat bersemayam roh para leluhur (o'gomanga). Karenanya, masyarakat Togutil sangat protektif sampai berlaku larangan-larangan dalam upaya melindungi hutan.

Salah satu contoh tradisi Togutil dikenal dengan nama Bubugo. Bubugo biasanya ditandai dengan rumah-rumahan kecil berukuran sekitar 50 x 50 cm yang kemudian digantungkan sebuah botol telah diikat kain kecil. Bisa juga ada pohon tertentu yang digantung botol dengan pita kecil atau tanda khusus lainnya.

Penanda ini diletakkan di setiap sudut jalan menuju kawasan yang dilarang, baik kebun milik sendiri (Dumule) atau kebun milik bersama (Dumule ngone mata-mata).

Apabila ada orang yang mencuri atau memanen tanpa seizin pemilik kebun maka pelaku akan mengalami sakit atau hal tidak menyenangkan lain yang bisa membahayakan dirinya.

Larangan ini berlaku umum, bukan hanya masyarakat Togutil tetapi juga bagi masyarakat luar yang memasuki kawasan mereka.

Tradisi dan larangan itu ada sebagai upaya melindungi dan tidak mengeksploitasi hutan maupun perkebunan secara berlebihan hingga batas waktu yang telah ditentukan.

Nah, itu dia sekilas informasi tentang suku Togutil di Halmahera Timur.



Simak Video "Suku Tobelo Datangi Tambang, Ada Apa?"
[Gambas:Video 20detik]
(azn/fds)